10 Kontroversi Industri Video Game Sepanjang Tahun 2019

Tahun 2019 sebentar lagi habis, hanya tinggal kurang lebih dua minggu kita sudah menyambut tahun baru 2020. Lalu apa saja yang terjadi sepanjang tahun 2019 khususnya di industri video game ya brott ? Nah, kali ini kita akan membahas apa saja yang menjadi kontroversi selama tahun 2019 khususnya di industri video game. Sebelum kita lebih lanjut membahasnya, perlu diketahui yang dimaksud kontroversi disini adalah sesuatu yang menjadi perdebatan banyak orang khususnya kalangan gamers karena kita memang berfokus di industri tersebut. Tak perlu berlama-lama lagi simak selengkapnya di bawah ini :

1. EA Membuka Tahun 2019 dengan Apex Legends, Berhasilkah ?

Di awal tahun 2019, tepatnya bulan Februari EA bersama dengan Respawn Entertainment masih mencoba mencari peruntungannya di tengah ramainya game battle royale yang begitu populer dua tahun belakang. Sempat dianggap sebagai Titanfall 3 atau Titanfall Battle Royale versi free to play, ternyata EA justru membuat game baru dengan genre akulturasi antara battle royale dengan karakter yang memiliki kemampuan uniknya masing-masing berjudul Apex Legends. Dan ternyata racikan tersebut berhasil, faktanya kurang dari 8 jam setelah rilis telah dimainkan 1 juta player di seluruh dunia. Meskipun begitu kurang lengkap sepertinya kurang lengkap jika EA hadir tanpa adanya kontroversi, benar sekali Apex Legends ternyata perlahan mulai ditinggalkan pemainnya. Beberapa diantaranya mengalami issue yang cukup mengganggu, mulai dari koneksi yang buruk hingga bug dan glitch yang sepertinya kurang diperhatikan sang developer. Bahkan streamer Dr Disrespect kesal lantaran developer tak kunjung memperbaiki Apex Legends membuat dirinya uninstall game tersebut.

Wait, tapi Apex Legends ternyata masih memiliki prestasi. Di akhir tahun 2019 ini, gelaran bergengsi The Game Awards 2019 berikan penghargaan dalam kategori “Best Multiplayer Game” mengalahkan 4 sainganya, seperti The Division 2COD: Modern WarfareTetris99 dan Borderlands 3. Menurut kamu gimana brott ? cukup kontroversikah kehadiran Apex Legends meramaikan tahun 2019 ini ?

2. Munculnya Film Live-Action Adaptasi Sonic Tapi Bukan “Sonic” ?

Masih ingat pertama kali trailer film live-action Sonic muncul ? jika iya, apa si reaksi kamu pertama kali melihat wujud si Landak biru yang bisa berlari kencang ? OK, jika lupa kalian lupa kita ingat-ingat lagi dengan menonton trailer-nya di bawah ini :

https://youtu.be/SXDa8i75PpM

Gimana brott ? udah inget kan ? si Landak biru ini benar-benar membuat penggemarnya begitu shock. Wujudnya yang terlihat seperti representasi Landak dengan tubuh dan organ lain menyerupai manusia. Gigi rapi serta bola matanya benar-benar terlihat aneh jika dibandingkan desain Sonic aslinya yang biasa kita lihat di game maupun serial kartun. Tak heran setelah trailer kontroversial ini dibanjiri kritik oleh fans, tak heran mereka meminta untuk desain tersebut diubah sedemikian rupa agar lebih mirip Sonic versi aslinya. Bersyukurlah, ternyata permintaan tersebut dikabulkan, karakter tersebut kembali di desain dan hasilnya pun dapat mengobati kekecewaan para penggemarnya.

Sayangnya jadwal penayangan film live-action Sonic ini harus diundur, semula dijawdalkan pada bulan September lalu pada akhirnya diundur hingga 14 Februari 2020. Gimana brott ? udah lebih mending kan ya daripada kita nonton Sonic yang bukan Sonic xD

3. Epic Games dan Muslihat Ekslusif

Kehadiran Epic Games dengan platform penjualan game miliknya, yaitu Epic Games Store atau yang biasa kita sebut dengan EGS ini menimbulkan kebencian yang mendalam bagi kebanyakan gamers. Mereka yang biasa mencari dan membeli segudang game lewat Steam dan juga developer maupun publisher kebanyakan merilis game secara digital melalui platform besutan Valve ini merasa geram. Bagaimana tidak, meskipun Epic Games sukses memperkenalkan platform jualan game miliknya melalui Fortnite yang memang harus dimainkan melalui EGS. Sepertinya tindakan tersebut belum cukup, pun demikian mereka berusaha untuk menggaet beberapa developer maupun publisher untuk merilis game-nya di EGS secara ekslusif. Yang menjadi kontroversi pada awalnya adalah Metro Exodus yang awalnya diumumkan dan akan dijual melalui Steam ditengah jalan pihak terkait memutuskan untuk merilisnya di EGS secara ekslusif. Atas tindakan tersebut beberapa game Metro yang sebelumnya rilis di Steam berakhir dengan bom review negatif dari para penggunanya. Tak berhenti disitu saja, Epic Games juga menggaet Gearbox Software untuk merilis Borderlands di EGS secara ekslusif.

Ya, mau gimana lagi ya brott, kita mah hanya penikmat saja si memang peristiwa ini menuai konroversi yang kemudian berimbas kepada gamers yang kemudian membenci Epic Games Store. Meskipun Epic Games Store memiliki tradisi bagi-bagi game gratis yang cukup rutin, tak sedikit gamers yang tidak tergiur dengan tawaran tersebut bahkan memilih untuk tidak mengambilnya.

Kalo kamu tim mana brott ? EGS atau Steam lovers xD

4. Migrasi Streamer Populer

Ninja

Kita sudah mengetahui persis bahwa Twitch menjadi platform mainstream untuk menikmati live stream tentang game. Banyak pilihan game yang bisa kamu tonton yang dimainkan oleh banyak streamer populer diluar sana. Disaat bersamaan, popularitas Fortnite menjulang tinggi bersama dengan streamer bernama Tyler “Ninja” Blevins. Popularitsa Ninja di Twitch pun berhasil membawanya berada di posisi pertama pada saat itu berdampingan dengan Shroud di posisi bawahnya. Meskipun karir sebagai streamer di Twitch begitu sukses, ditengah jalan ia memutuskan untuk migrasi ke platform sebelah besutan Microsoft. Tak lain adalah Mixer, diiming-imingi kontrak dan gaji yang besar ternyata membuat ia hijrah ke platform tersebut.

Shroud

Tak selang berapa lama, streamer dengan skill “aim” yang begitu dewa Michael “Shroud” Grzsesiek pun mengikut jejak Ninja migrasi ke Mixer. Sayangnya penonton Shroud di Mixer tidak sebanyak saat ia masih aktif di Twitch. Hanya 15% penonton setianya yang mengikuti Shroud lives stream di Mixer.

Meskipun hal tersebut menjadi bahan omongan para penggemar setianya, pada dasarnya mereka punya hak dan pilihan masing-masing, tidak munafik streamer pun butuh pundi-pundi untuk menyambung hidupnya, tak heran jika ada tawaran yang lebih baik mereka ambil meskipun harus migrasi ke platform lain seperti Mixer.

5. COD: Mobile Gerus PUBG M ?

Awal Oktober lalu salah satu game mobile yang ditunggu-tunggu akhirnya rilis. Disaat yang bersamaan ternyata hype COD: Mobile berhasil gerus PUBG M. Cukup wajar memang melihat gameplay COD: Mobile yang ditawarkan membawa angin segar ditengah pasar game mobile yang ramai dengan battle royale selama dua tahun belakangan. Mode yang beragam membuat orang-orang ingin mencoba COD: Mobile dan mungkin termasuk pemain PUBG M yang sudah mulai bosan dengan battle royale. Tak heran COD: Mobile berhasil pecahkan rekor dengan jumlah unduhan 100 juta dalam minggu pertama rilis.

Hal tersebut kemudian menjadi kontroversi dimana ada yang menganggap apakah PUBG M akan tergerus atau COD: Mobile memang pantas mendapatkan tempat tersendiri di kalangan gamers mengingat IP tersebut sudah dikenal lebih dulu ketimbang PUBG M. Tapi sepertinya saat ini dua game ini sudah memiliki pasarnya masing-masing, yang ingin bermain kompetitif dengan cepat bisa main COD: Mobile, atau jika ingin bermain battle royale yang otentik bisa ke PUBG M

6. Kontroversi Blizzard dan Kasus “Blitzchung”

Beberapa bulan yang lalu sempat terjadi kontroversi antara Blizzard dan pro player Hearthstone bernama Chung “Blitzchung” Ng Wai. Kasus yang cukup ramai ini berakhir dengan hukuman yang diterima sang pro player akibat mendukung secara terang-terangan demo yang terjadi di Hongkong saat turnamen Hearthstone Grandmaster Asia-Pacific yang disiarkan melalui live stream.

Sontak hal tersebut langsung ramai mengapa industri video game dalam kasus ini esports harus disusupi politik meskipun memang sang pemain juga berasal dari Hongkong dan kondisi di negara tersebut memang sedang kurang baik. Atas peristiwa tersebut Blizzard menjatuhi skors dan pembatalan hadiah kepada Blitzchung, selain itu dua caster yang juga mendukung gerakan tersebut juga terkena skors selama enam bulan lamanya. Blizzard sendiri sudah mengkonfirmasi bahwa pihaknya tak ingin platform atau dalam hal ini game besutanya menjadi tempat untuk mengekspresikan pandangan politik atau hal lain diluar konteks video game dan kompetisi.

7. WWE 2K20, Game yang Seharusnya Rilis di Era PS 2

Dude, seriously ? ini game rilis tahun 2019 ? yausudah lupakan saja tapi ini memang benar terjadi kok.

Terus melanjutkan tradisinya untuk merilis game gulat setiap tahun, 2K Games ternyata harus menerima banyak respon negatif dari netizen terkait game gulat besutannya WWE 2K20. Bagaimana tidak, visual yang ditawarkan dalam game tersebut faktanya justru terlihat seperti game di era konsol PS 2. Bukan hanya itu saja, disamping kualitas visual yang tidak terlihat sesuai dengan standar game masa kini, banyak bugs dan glitch yang ditemukan dalam game ini. Bahkan saking “broken-nya” WWE 2K20, Sony menawarkan refund bagi mereka yang telah membeli game ini di PlayStation 4.

8. Dibalik Maha Karya Death Stranding ada Celah yang Masih Terbuka

Hideo Kojima akhirnya kembali dengan sebuah maha karya Death Stranding yang penuh dengan kontroversi. Selain menyajikan gameplay yang super kompleks dan bukan sesuatu yang instant untuk kita dapat menikmati game tersebut lebih dalam ternyata hal tersebut yang menjadi celah bagi beberapa gamers yang cenderung kurang suka dengan game yang tokoh utamanya diperankan aktor Norman Reedus itu. Bahkan salah satu media game mainstream seperti IGN memberikan review 6.8. Hal tersebut tentunya menjadi bulan-bulanan para penggemar setia Kojima yang membanjiri komentar pedas kepada IGN. Disisi lain fakta kontroversial seputar Death Stranding datang dari negeri Paman Sam dimana mereka yang memberikan kritik negatif terhadap Death Stranding ternyata adalah penggemar game fps, cukup wajar memang game dengan genre fps cenderung berjalan lebih cepat berbeda dengan Death Stranding yang membutuhkan pengamatan lebih lanjut untuk mendapatkan pengalaman yang lebih.

Memang kehadiran maestro industri game seperti Kojima ini tak lepas dengan kontroversi terlebih dengan karya-karyanya yang luar biasa. Apapun itu setiap gamers memang memiliki pandangan serta ketertarikan masing-masing tentang game yang dimainkannya termasuk mereka yang mungkin masih belum memahami lebih dalam tentang Death Stranding ini.

9. Stadia, Platform Cloud Gaming Revolusioner ?

Pertama kali diperkenalkan awal tahun 2019, Google mempersembahkan sebuah platform cloud gaming revolusioner bernama Stadia. Dalam video trailer-nya terlihat begitu menarik dimana hampir semua platform mulai dari smartphone, PC hingga tablet/iPad bisa mengakses dan memainkan game yang ada di Stadia seolah-olah seperti kita sedang menonton video di YouTube tapi kita bisa menggerakan dan memainkan video yang ada di layar masing-masing gadget tersebut.

Faktanya ? setelah rilis Stadia justru mendapatkan banyak issue secara teknikal. Mulai dari koneksi yang dibutuhkan harus cepat jika ingin menikmati resolusi maksimal hingga 4K. Berbicara resolusi 4K ternyata resolusi sebenarnya adalah “upscaled“. Bergantung dari setingan resolusi masing-masing game. Bukan hanya itu saja, latency-nya juga tidak responsif. Jadi pengalaman bermain game di Stadia tidak maksimal mengingat input tombol yang sudah kita pencet akan dieksekusi di dalam game seper sekian detik setelahnya. Dan yang paling mengesalkan adalah Stadia yang menamakan dirinya sebagai cloud gaming kita memerlukan koneksi untuk mengakses platform tersebut ternyata ada bug yang memungkinkan game seperti NBA 2K20 harus mengalami update terlebih dahulu.

Gimana brott ? kamu masih bertahan dengan konsol mainstream atau mencoba beralih ke cloud gaming seperti Stadia ini ?

10. Lagi Berprestasi Malah Hadiah Dipotong

Mungkin pernyataan diatas cukup menggambarkan apa yang sedang hangat-hangatnya belakangan ini. Kontingen Indonesia untuk ajang SEA Games 2019 khusunya esports berhasil meraih dua medali perak untuk game Mobile Legends: Bang Bang dan Arena of Valor. Sayangnya, IESPA selaku organisasi yang menaungi atlit esports Indonesia justru memotong hadiah para atlit yang berhasil mengharumkan nama Indonesia ini di kancah Asia Tenggara. Meskipun begitu, sudah dikonfirmasi oleh Eddy Lim selaku ketua umum IESPA bahwa pemotongan hadiah yang ditujukan sebagai kontribusi tersebut sudah disetujui dan ditandatangani jauh-jauh hari sebelum mereka para atlet bertanding di Filipina.

Lalu apakah hadiah yang seharusnya menjadi hak dan setidaknya menambah motivasi mereka harus benar-benar dipotong tanpa menilai berapapun potonganya ?

Mantan VP EVOS, Yohannes “Joey” Siagian pun ikut angkat bicara menanggapi kontroversi yang terjadi di penghujung tahun 2019 ini. Menurut Yohannes, meskipun beliau mengerti jalan pikir ketua IESPA, tapi dirinya masih tidak setuju adanya pemotongan hadiah kepada para atlet khususnya atlet esports.

Semoga kedepannya atlet-atlet esports Indonesia terus berprestasi tanpa terhalang pemotongan dana yang terjadi belakangan.

Bonus

Kendaraan Bertenaga Truk Masa Depan – Tesla Cybertruck

Elon Msuk memang cukup cerdik jika berbicara tentang inovasi kendaraan listrik. Seperti yang baru-baru ini diperkenalkan, menjelang akhir 2019 Tesla memperlihatkan produk kendaraan terbarunya yang begitu unik dan anti-mainstream. Meskipun ini sedikit geser dari video game tapi desain dari kendaraan yang dinamakan Cybertruck ini kental sekali dengan desain kendaraan yang biasa kita temui di video game bertema Cyberpunk. Tak heran setelah pertama kali muncul di publik, banyak meme bertebaran hingga munculnya petisi untuk menghadirkan Cybertruck di game Rocket League.

Cukup menarik ternyata sepanjang tahun 2019 ini khususnya di industri video game yang menuai berbagai kontroversi. Baik positif maupun negatif cukup wajar memang perdebatan terjadi mengingat setiap orang apalagi gamers dalam konteks ini memiliki pandangan yang berbeda-beda. Semoga di tahun 2020 mendatang industri yang semakin banyak diminati orang ini memperlihatkan perkembangan yang semakin baik kedepannya.

Apa harapan kamu di tahun 2020 mengenai industri video game ini brott ?