8 Alasan Mendasar Kenapa NFT Masih Kurang Disambut Baik
Sebelumnya, kami pernah membahas seputar non-fungible token (NFT), bahkan sempat membuat opini terkait teknologi baru tersebut. Seakan tak lelah dalam menelurkan tulisan, kini kami lagi-lagi akan mneyumbangkan tulisan baru berjudul 8 alasan mengapa NFT masih kurang disambut baik.
Kalau boleh jujur, tulisan ini sebenarnya didasari oleh sebuah postingan di media sosial Facebook. Dalam postingan tersebut, disinggung bahwa implementasi teknologi NFT merupakan hal yang buruk, dan kurang cocok bila diterapkan sekarang.
Tak butuh waktu lama bagi penulis untuk membuat tulisan mengenai teknologi yang nyatanya sedang hype ini. Kemungkinan besar hal ini didasari fakta penulis dan seseorang yang menulis terkait NFT di Facebook miliki satu frekuensi.
Tentu, demi makin ‘meramaikan’ suasana, inilah 8 alasan mengapa NFT masih kurang disambut baik oleh dunia, versi kami.
Daftar isi
1. Masih Memiliki Celah
Benar, dan sampai saat tulisan ini dibuat, para pelaku NFT tak terlihat was-was dengan hal yang menurut kami fatal ini. Mudahnya ‘sistem keamanan’ berupa metadata, nyatanya masih tidak dapat menjadi suatu acuan bahwa barang tersebut adalah ‘satu-satunya’.
NFT memang menyematkan metadata sebagai lapisan keamanan utama untuk tunjukkan siapa orang satu-satunya yang memiliki ‘karya seni’ tersebut.
Informasi berupa metadata tersebut di-host pada sebuah server, namun tiada yang tahu siapa dan bagaimana data tersebut dikelola dan diawasi. Inilah alasan mendasar mengapa NFT masih kurang disambut baik, nyata minimnya keamanan yang ditawarkan!
2. ‘Karya Seni’ dengan Sentuhan Randomizer
Meski mengatasnamakan ‘karya seni’, dan walaupun kami bukan jagoan di bidang seni, hanya beberapa yang menurut kami benar-benar bernilai seni. Selain itu, bila memang NFT merupakan sebuah ‘karya seni’ seharusnya memang dibuat dengan tangan sendiri, bukan dengan bantuan randomizer aplikasi.
Kami berani mengatakan hal tersebut dikarenakan hal ini seolah dipertegas oleh salah satu pelaku NFT, Larva Labs dengan CryptoPunks miliknya. Untuk kalian yang penasaran, silahkan baca fakta menarik seputar CryptoPunk yang baru-baru ini kami hadirkan untuk pembaca setia.
Fakta di mana siapa saja bisa membuat ‘karya seni’ untuk kemudian dijual, tentu merupakan hal positif yang patut kita apresiasi. Sayangnya, bila ‘karya seni’ dibuat dengan sentuhan randomizer, bukankah justru menghilangkan nilai seni itu sendiri?
Termasuk game, apakah gambar-gambar yang dibumbui randomizer dapat jadi penghasil uang yang lebih solid ketimbang game konvensional?
3. Sarana untuk Mencuci Uang
Dan berdasarkan fakta di atas, hal ini tentu membuat kami berpikir sampai ke taraf ini. Ya, NFT sangat mungkin untuk dibuat sebagai alat atau sarana bagi mereka yang ingin melakukan pencucian uang atau money laundering.
Hal yang mendasari pernyataan ini adalah bahwa NFT masih belum memiliki regulasi sama sekali. Kemudahan untuk melakukan semua kegiatan yang berhubungan dengan uang secara anonim tentu rentan sebagai sarana money laundering.
4. Memiliki Konsep yang Lucu
Semua yang memiliki kata baru, tentu harus memiliki konsep unik di dalamnya. Namun, konsep yang diterapkan pada non-fungible token ini benar-benar lucu. Bagaimana tidak, konsep yang dinamakan digital scarcity tersebut seolah memaksa orang lain untuk menganggap bahwa ‘karya seni’ tersebut bernilai tinggi.
Sebelumnya, konsep digital scarcity pernah dibahas sebelumnya oleh Keanu Reeves. Ia bahkan menilai bahwa NFT memiliki konsep yang lucu, layaknya guyonan, diakhiri dengan tawa.
Meski gunakan teknologi dan kata-kata ala tech.tak serta merta membuat NFT ini pantas dibanderol mahal. Konsep yang menurut kami lucu ini pun merupakan salah satu alasan mengapa NFT masih kurang disambut dengan baik. Termasuk di antaranya digital scarcity yang menurut kami terkesan maksa.
5. Keuntungan yang Dibuat-Buat
Bila mengacu pada sebuah postingan di Facebook yang kami baca, ada benarnya juga NFT tak lepas dari keuntungan yang dibuat-buat.
Pelaku NFT diperkirakan menjual ‘karya seni’ miliknya sendiri untuk dibeli dirinya sendiri melalui akun dan wallet yang berbeda. Tentu hal ini secara tidak langsung menciptakan persepsi bahwa NFT yang berhasil terjual itu dipantaskan memiliki nilai yang cukup mahal.
Langkah selanjutnya adalah dengan kembali menjual NFT yang berhasil terjual tadinya dengan harga lebih mahal. Berkat persepsi tersebut, secara tidak langsung orang lain yang tidak menahu tentu akan menganggap bahwa ‘karya seni’ tersebut memiliki potensi nilai jual yang melangit.
Sebagai contoh, penulis menjual sebuah NFT senilai 10 Juta Rupiah, untuk kemudian dibeli oleh akun dan wallet penulis yang berbeda. Kemudian, akun penulis akan kembali menjualnya senilai 30 Juta Rupiah, dan ternyata ada orang yang membelinya.
Bukankah ini artinya penulis berhasil menjual sebuah NFT yang pada awalnya tak bernilai menjadi mahal berkat trik ini?
Lain halnya bila kita membahas NFT yang ada pada salah satu game penghasil uang. Sayangnya, konsep NFT pada sebuah game ternyata malah makin persulit orang-orang untuk mencari cuan.
6. Hanya Untungkan Pihak Tertentu
Berdasarkan alasan di atas, tak lupa pula bahwa adanya kemungkinan yang cukup berdasar bahwa NFT hanya untuk menguntungkan pihak tertentu. Dengan berbagai macam trik demi mendatangkan cuan di masa pandemi seperti sekarang ini, tentu hal ini termasuk gampang untuk dilakukan.
Terlebih dengan memanfaatkan orang-orang yang fear of missing out, tentu penetrasi NFT akan makin mudah untuk dapat terjadi. Selain itu, faktor hype yang dibuat-buat sangatlah diperlukan untuk menciptakan pemikiran bahwasanya non-fungible token ini layak dibanderol mahal.
7. Susah untuk Mencari Keuntungan
Kehadiran NFT seakan adalah sarana ‘belas kasihan’ yang dibutuhkan oleh content creator, dan hal tesebut tentu tidaklah benar. Semua ini dikarenakan hype yang dibuat-buat dan menyangkutpautkan dengan content creator, demi meluluhkan hati mereka untuk berpartisipasi dalam dunia NFT.
Saat ini, bukankah ada banyak sekali content creator yang terjun dalam dunia NFT? Ini merupakan efek dari hype yang dibuat-buat tersebut. Termasuk mereka yang mencari peruntungan melalui game penghasil uang berbentuk NFT ini.
Selain itu, tak semua NFT dapat mendatangkan angka fantastis secara instan mengingat biaya untuk lakukan mint mulai 1 Jutaan Rupiah. Bukannya mendatangkan keuntungan, namun menambah sesuatu yang bersifat uncertain atau tidak pasti, adalah alasan mengapa NFT masih kurang disambut baik.
8. Masa Depan yang Tak Bisa Diprediksi
Tentu, kalian boleh beranggapan bahwa kehadiran NFT dapat mempermudah, bahkan menyokong para content creator dalam menelurkan ‘karya seni’ berupa NFT. Hemat kami, membutuhkan waktu yang tidaklah sebentar untuk sempurnakan kekurangan di sana-sini untuk tegaskan eksistensi NFT.
Bila memang ingin mendukung NFT, tentu kita membutuhkan regulasi untuk menegaskan konsekuensi bila pihak tertentu melakukan ‘trik’ yang tak sepantasnya untuk dilakukan.
Kesimpulan
Dunia belum siap untuk kehadiran NFT, dan semua yang berbau teknologi serba baru, tak semuanya akan tawarkan manfaat. Sebelumnya, kami memang memberikan opini terkait NFT, dan sampai tulisan ini dibuat pun, masih banyak sekali celah yang belum diperbaiki. Ini membuktikan bahwa implementasi NFT untuk saat ini adalah sesuatu yang buruk.
Tidak masalah bila ada orang yang benar-benar berpikiran bahwa NFT merupakan sebuah kemajuan dalam bidang teknologi. Namun, kembali kami tegaskan bahwa tak semua teknologi baru dapat mendatangkan manfaat untuk semua orang, dan NFT adalah salah satunya.
Masih banyak sekali yang harus dikaji oleh para elite NFT untuk dapat memberikan pendekatan yang sekiranya masuk akal. Sekilas, memang kehadiran NFT adalah sesuatu yang baik, namun konsep digital scarcity benar-benar tidak masuk akal.
Meski NFT dapat menjadi sebuah game penghasil uang, namun berbicara jumlah, maka semakin banyak yang bermain, nilai akan semakin jatuh pula.
Mencari keuntungan dari ketidaktahuan seseorang? That’s not cool,brott.
Baca juga informasi menarik lainnya terkait Tech atau artikel lainnya dari Bima. For further information and other inquiries, you can contact us via author